Langsung ke konten utama

(ReviewBook) Review Buku Melangkah Serah oleh Aji Nur Afifah


Bismillah


Review Buku Melangkah Searah
By Aji Nur Afifah

Dipostingan kali ini saya akan mereview sebuah buku karya Aji Nur Afifah dengan judul Melangkah Searah - Asam-Manis Rumah Tangga Muda.Ini bukan merupakan buku pertama Aji Nur Afifah, penulis telah beberapa kali menerbitkan bukunya dan juga pernah menerbitkan buku berbarengan dengan suaminya. Awal mula saya mengetahui penulis mungkin karena tidak sengaja menemukan review buku suaminya yaitu Kurniawan Gunadi yang membuat saya tertarik untuk membaca semua buku dan tullisannya di tumblr hingga sayaapun mengagumi karya-karyanya bahkan tulisan istrinya Aji nur Afifah sekalipun. Oke sekian review singkat tentang penulisnya, mari langsung saja ke review bukunya.

Buku ini di cetak dengan cover berwarna kuning sedikit ke-orange seperti warna matahari terang yang menambah keunikan dari buku ini ketika melihatnya di rak buku. Buku ini pertama kali diterbitkan sekitar bulan Maret 2019 namun saya baru membelinya sekitar 2 minggu yang lalu di salah satu toko buku online.
Buku dengan judul “Melangkah Searah” Asam-manis Rumah Tangga Muda, tentu menarik perhatian para pembaca. Awalnya saya mengira buku ini akan memberikan berbagai macam nasehat-nasehat kaku dengan kesan “menggurui”, ternyata penulis menyajikannya dengan gaya yang tidak menggurui dan semua ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulisnya. 
Di buku ini penulis menceritakan tentang bagaimana sudut pandang penulis sendiri terhadap nikah muda dimana terkadang banyak ekspektasi yang (sering) tidak sesuai dengan kenyataan. Selain itu, penulis menceritakan tentang betapa sulitnya menyatukan sifat, pikiran, maupun kebiasaaan dua orang yang memiliki kepribadian yang dapat dikatakan bertolak belakang. Menyatukan dua insan dengan latar belakang dan pola asuh yang berbeda ternyata tidak segampang di drama-drama korea romance. Begitu banyak rintangan yang harus di lalui, ego yang harus diturunkan, berusaha memahami pasangan, bahkan terkadang harus memendam perasaan kesal sendiri dikarenakan bete dan gengsi untuk mengungkapkan.
Salah satu hal yang mungkinmembuat saya sedikit baper (walaupun belum nikah ya hehe), yaitu ketika penulis menceritakan awal-awal pernikahan yang benar-benar harus menyesuaikan diri, menghadapi homesick karena harus merantau padahal seumur hidup tidak pernah jauh dari orang tua, harus belajar memasak dan segalam macam hasilnya, hingga merasakaan perasaan sedih yang mendalam ketika selalu ditanya tentang kehamilan oleh tetangga padaa saat belum dikaruniai anak.
Menurut saya sih, buku ini cukup bagus untuk dibaca bagi pasangan-pasangan yang memilih menikah muda agar lebih mengerti tentang assam-manis rumah tangga muda dan bagaimana sebaiknya menanggapinya. Adapun yang belum menikah (seperti saya hehe), buku ini juga cocok untuk dibaca agar kaum-kaum seperti kita paham bahwa menikah itu butuh persiapan dan tidak hanya tentang bahagia melulu, butuh begitu banyak kesabaran di dalamnya.


Okey sekian review singkat saya, sengaja saya hanya menceritakan sedikit bagian dari buku ini biar ga jadi spoiler. Selamat membaca... 😁



Shinz_


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tersenyumlah wahai hati yang bersedih

Tersenyumlah Wahai Hati yang Bersedih Ketika engkau tersandung duka, menangislah sekencangnya tak usah engkau menahannya. Ketika hatimu merasa sakit berteriaklah hingga hatimu tak bisa lagi berteriak. Biarkan dirimu merasakan kesedihan hatimu dan biarkan air matamu merasakan perihnya lukamu.

Teruntuk daun yang tak pernah berguguran

Teruntuk daun yang tak pernah berguguran Hidup, sesuatu hal yang terus berjalan entah sampai kapan. Hidup bagaikan sebuah roda yang terus bergerak maju. Ketika roda itu berputar, roda tersebut akan melintasi berbagai jalan yang tidak selalu sama. Entah itu menanjak, menurun, ataupun jalan yang berkelok, roda akan terus dapat melaluinya selama roda tersebut masih dalam keadaan utuh dan tidak rusak.

Best friend In Islam (Arti Sahabat)

Teman, menurut kalian teman itu apa? Sahabat itu apa dan yang bagaimana? Apakah mereka adalah orang-orang yang selalu ada disaat suka ataupun duka? Orang yang selalu memberikan bantuan? Ataukah orang yang menemani kita melakukan segala sesuatu hal bersama ?. Itu semua tergantung dari sejauh mana kita memahami pertemanan ataupun persahabatan itu sendiri.